Posisi Marketing Bank Terlibat Penipuan, Bisakah?

Posisi marketing bank atau AO (Account Officer) terkadang penuh dengan kendala. Kemarin, dalam sebuah surat kabar saya membaca tentang AO yang rela disuap sebesar 12 juta rupiah untuk memuluskan pengajuan kredit seseorang pada sebuah bank. Kredit cair, sementara setelah diusut, hal tersebut merupakan kasus penipuan.

Apakah AO memang bisa terlibat hal semacam ini?

Pengalaman kerja di Bank, posisi marketing bank bisa terlibat penipuan?

Posisi Marketing Bank Terlibat Penipuan

Bisa atau Tidak AO memuluskan jalan pencairan kredit?

Hal pertama yang menjadi pemikiran saya ketika pertama kali membaca kabar tersebut adalah posisi saya saat masih menjadi AO. Sering sekali saya mendapatkan tawaran uang untuk memuluskan kredit dari para calon nasabah.

Mulai dari penghapusan namanya di BI Checking, jaminan bukan atas nama sendiri ingin dijaminkan (sementara obyek atau jaminan bukan miliknya), dan yang lainnya. Banyak kawan yang bercerita, bahwa mereka juga mengalami hal yang sama dengan yang saya alami. Ditawari sejumlah uang untuk memuluskan pencairan dana di bank.

Ada yang berhasil, tidak sedikit yang tidak mulus. Mulai dari pemalsuan identitas, pengaturan survei di lapangan hingga bagaimana cara kongkalikong dengan petugas survei atau rekan lainnya agar benar-benar mulus pun dilakukan. Soal hasil, itu bisa dibagi.

Bagaimana pun kredit analis bekerja, praktek seperti ini toh masih dijalankan oleh oknum tertentu.

Uang dalam amplop

Seorang teman yang ada di Bank kala itu menyarankan pada saya saat masih Newbie, bahwa posisi marketing bank tidak hanya sebagai ujung tombak bagi bank untuk mencari nasabah, tetapi juga ujung tombak dari nasabah untuk mencari bank.

Namun, waspada dan hati-hati. Menerima uang dalam amplop berarti sama saja dengan menyerahkan diri sekaligus merendahkan harga diri sebagai karyawan di bank.

Apakah gaji karyawan bank tidak cukup? Bedanya apa dengan petugas-petugas yang sering dihujat karena korupsi jika begini ceritanya?

Uang dalam amplop merupakan salah satu cara mereka bertransaksi. Nominalnya terkadang dipatok, terkadang suka rela.

Apakah saya pernah mendapatkannya?

Saya bukan jadi orang yang sok suci dengan berbagi pengalaman ini, namun saya jujur ketika bilang uang adalah godaan dalam bekerja.

Tidak sedikit calon nasabah yang mengatakan, kamu minta berapa? 20 juta cukup? Asal bisa masuk ini aplikasi. Nanti Mbak dapat bagian kok, tenang saja. Hingga uang dalam amplop itu pernah melayang tepat di depan saya. Dipaksa untuk menerima dan yang lainnya.

Namun Alhamdulillah, sampai saat ini saya belum pernah mendapatkan uang yang ditawarkan. Sebagian besar saya tolak dengan sungguh-sungguh, sebagian lagi dengan mengatakan, Bagaimana kalau uang yang akan Anda kasih itu untuk mengangsur saja sekarang Pak, biar ada cadangan angsuran bulan depan?

Simak cara saya memaintain nasabah sewaktu kerja di bank.

Oknum nasabah dan oknum AO

Ada nasabah yang memang melakukan ini karena kebiasaan dari orang sekitar. Ketidaktahuan mereka bahwa menerima uang tanpa sepengetahuan bank merupakan tindakan fraud dalam sebuah perusahaan. Namun sebagian lain memang merupakan oknum nasabah yang sudah terbiasa melakukan hal tersebut.

Kejahatan aplikasi, begitu biasanya saya menjulukinya. Apakah AO tidak bersalah? Tidak semua AO akan memasang tarif untuk mencairkan dana. Buktinya, masih banyak posisi marketing bank yang lebih memilih untuk melakukan sesuai dengan SOP atau prosedur.

Jadi, apakah itu oknum? Entah, saya sendiri masih gelisah.

Baca Juga: Ini 5 cara mengetahui karakter calon nasabah bank

Penghargaan

Yang paling jelas adalah kita akan mendapatkan penghargaan ketika mau menolak secara halus, kita akan lebih dihormati ketika bisa bertindak lebih baik. Setuju?

Sebuah pengalaman saya. Kala itu, uang sudah disiapkan untuk saya di dalam amplop, saya dipaksa untuk menerima uang dari nasabah saya secara langsung. Uang dalam amplop saya tolak tanpa tahu berapa isinya. Setiap kali bertemu saya, beliau mengatakan kalau saya adalah satu-satunya marketing yang tidak mau menerima uang. Dan begitu cara beliau sekeluarga mengingat saya.

Bersyukur kreditnya lancar sampai akhirnya saya keluar dari pekerjaan saya di Bank.

Bagaimana kondisi terakhir? Entah, yang jelas kredit lancar ini menurut saya adalah cara beliau memberikan penghargaan kepada saya. Dan menurut saya, penghargaan ini jauh lebih berharga ketimbang uang yang pernah beliau tawarkan dulu.

Tulisan tentang pengalaman kerja di bank dan posisi marketing bank dalam penipuan ini saya tulis berdasarkan keinginan pribadi. Bukan bermaksud untuk menyinggung pihak tertentu. Hanya merasa gelisah akibat kesalahan kecil, kita harus mendapatkan imbas yang lebih besar.

Belajar dari sebuah surat kabar. Jika ada yang ingin berbagi pengalaman bekerja di bank, silakan tambahkan di kolom komentar.

Hindayani.com

Hindayani, S.Si.

Hindayani, S.Si.

Biasa dipanggil Kak Hinda. Lulus dari Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan predikat cumlaude. Suka membaca, menulis, dan berbagi ilmu.

4 Responses

  1. Avatar Lukman P berkata:

    saya seu orang nasabah di satu bank tapi saya gak seperti itu yang penting kalau mau ngsih jngan sebelum pencairan karena bisa di katakan seperti yang di atas tadi

    • Hindayani, S.Si. Hindayani, S.Si. berkata:

      Makasih sharingnya Pak Lukman. Kalau saya pribadi sebagai mantan marketing bank, memang pernah menolak baik sebelum maupun setelah pencairan. Tidak ada sedikitpun rasa menyesal menolaknya. Karena hak saya hanya sebatas gaji dan tunjangan dari perusahaan. Semoga usahanya lancar ya Pak…

  2. Avatar Sis Wanto berkata:

    semua orang butuh uang tapi uang yang barokah itu yang udah dapat persetujuan dari atasan kita

    • Hindayani, S.Si. Hindayani, S.Si. berkata:

      Betul kak… Sependapat. Tapi tak bisa dipungkiri hati manusia itu berbeda-beda. Selalu ada saja oknum dan ajakan untuk berbuat menyeleweng. Semoga hati dan iman kita selalu terjaga. Aaamiin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *